NASA Alihkan Kru Starliner ke SpaceX Dragon: Tantangan dan Masa Depan Kapsul Boeing

Sumber : NASA, Johnson Space Center

NASA telah mengambil langkah strategis dengan mengalihkan kru yang semula dijadwalkan terbang dengan kapsul Boeing Starliner ke wahana SpaceX Crew Dragon. Keputusan ini mencerminkan tantangan teknis yang masih dihadapi Starliner serta prioritas NASA dalam menjaga keselamatan dan keberlanjutan misi luar angkasa.

Perubahan Susunan Kru: Imbas dari Ketidakpastian Starliner

Misi SpaceX Crew-11, yang dijadwalkan meluncur pada Juli 2025, kini akan dipimpin oleh astronot NASA, Zena Cardman. Bergabung dengannya adalah Mike Fincke dari NASA, Kimiya Yui dari JAXA (Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang), dan Oleg Platonov dari Roscosmos. Perubahan ini muncul setelah Cardman awalnya dijadwalkan memimpin misi Crew-9.

Sumber: NASA/Josh Valcarcel.  Dari kiri, Mission Specialist Kimiya Yui from JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), Commander NASA astronaut Zena Cardman, Mission Specialist Oleg Platonov of Roscosmos, and Pilot NASA astronaut Mike Fincke.

Namun, karena keterlambatan dalam pengembangan dan pengujian Starliner, NASA memutuskan untuk merotasi tugas kru guna memastikan jadwal penerbangan yang lebih dapat diandalkan. Langkah ini juga mencerminkan fleksibilitas dalam sistem penugasan NASA, yang mengutamakan keselamatan dan efisiensi operasional di orbit.

Masalah Teknis Starliner: Dari Sistem Propulsi hingga Parasut

Kapsul Boeing Starliner telah mengalami berbagai kendala teknis sejak uji terbang pertamanya. Salah satu tantangan terbesar adalah sistem propulsi yang tidak bekerja optimal, menyebabkan kekhawatiran terkait keselamatan penerbangan berawak. Selain itu, masalah dengan sistem parasut juga menjadi perhatian utama, karena berpotensi menghambat pendaratan yang aman.

Astronot NASA, Butch Wilmore dan Suni Williams, yang awalnya direncanakan menjalani misi singkat di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), akhirnya harus bertahan selama 286 hari akibat kendala teknis yang membuat Starliner tidak dapat segera kembali ke Bumi. Akhirnya, mereka dipulangkan menggunakan kapsul SpaceX Crew Dragon, yang hingga saat ini terbukti lebih andal dalam transportasi manusia ke luar angkasa.

Evaluasi dan Upaya Perbaikan: Langkah NASA dan Boeing

Setelah kembali ke Bumi, Wilmore dan Williams langsung terlibat dalam proses evaluasi dan investigasi Starliner. Mereka menekankan pentingnya memahami kelemahan sistem agar dapat dilakukan perbaikan yang efektif. Wilmore, sebagai komandan misi, mengakui ada aspek teknis yang perlu lebih diperhatikan, sementara Williams menyoroti nilai penelitian yang dilakukan selama masa perpanjangan misi mereka di ISS.

NASA dan Boeing kini bekerja sama untuk mengidentifikasi serta memperbaiki permasalahan Starliner, dengan harapan kapsul ini dapat kembali diuji coba untuk penerbangan berawak pada akhir 2025 atau awal 2026. Perbaikan meliputi peningkatan sistem propulsi, revisi desain parasut, serta peningkatan perangkat lunak penerbangan untuk meningkatkan stabilitas dan keselamatan misi.

Peralihan kru dari Starliner ke SpaceX Dragon menunjukkan betapa pentingnya kesiapan teknologi dalam eksplorasi luar angkasa. Boeing, sebagai salah satu mitra utama NASA, kini menghadapi tantangan besar untuk membuktikan bahwa Starliner mampu menjadi alternatif andal bagi Crew Dragon dalam misi ke ISS dan luar angkasa.

Selain itu, NASA tetap berkomitmen untuk memiliki lebih dari satu penyedia transportasi luar angkasa guna menghindari ketergantungan pada satu sistem saja. Dengan demikian, meskipun Starliner mengalami hambatan saat ini, proyek ini masih dianggap sebagai bagian penting dari strategi eksplorasi NASA di masa depan.

Lebih baru Lebih lama