Kisah Boeing 2707 SST: Ambisi Proyek Supersonik Amerika yang Berakhir di Meja Gambar

Boeing 2707 SST: Projek Ambisius Boeing 

Boeing - Pada awal 1960-an, dunia industri penerbangan terlibat dalam persaingan sengit untuk menciptakan pesawat penumpang yang dapat terbang dengan kecepatan supersonik—lebih cepat dari suara. Inggris dan Prancis bekerja sama untuk mengembangkan Concorde, sementara Uni Soviet meluncurkan Tupolev Tu-144, dan Amerika Serikat mencoba mengungguli keduanya dengan proyek ambisiusnya, Supersonic Transport (SST).

Presiden AS, John F. Kennedy, pada 5 Juni 1963, mengumumkan dimulainya proyek Transportasi Supersonik Nasional dalam pidatonya di Akademi Angkatan Udara AS. Program ini menarik perhatian pabrikan besar seperti Boeing, Lockheed, North American, dan Curtiss-Wright. Untuk mesin, tender diikuti oleh General Electric dan Pratt & Whitney.

Pada tahun 1967, setelah penilaian panjang, Boeing terpilih sebagai pemenang dengan desainnya yang dinamai 2707 SST. Desain Boeing, yang menggunakan konfigurasi sayap ayun untuk meningkatkan aerodinamika, diharapkan dapat menampung 250 hingga 300 penumpang dengan kecepatan jelajah mencapai Mach 3 dan jangkauan sekitar 3.900 km.

"Kecepatan supersonik akan memungkinkan penerbangan yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan pesawat biasa, menghasilkan keuntungan besar bagi maskapai," klaim para pengembang Boeing saat itu. Namun, dibalik optimisme tersebut, ada kekhawatiran tentang tingginya penggunaan bahan bakar yang membuat proyek ini berisiko tidak kompetitif jika harga bahan bakar melonjak.

Pesawat ini diproyeksikan jauh lebih besar dan lebih cepat daripada pesaingnya, Concorde dan Tupolev Tu-144. Pada bulan Oktober 1969, pesanan untuk Boeing 2707 mencapai 122 unit dari 26 maskapai penerbangan dunia, termasuk Alitalia, Delta Air Lines, KLM, dan Northwest Airlines.


Namun, seiring berjalannya waktu, proyek ini mulai menghadapi masalah besar. Biaya pengembangan yang semakin melonjak, masalah kebisingan akibat ledakan sonik (sonic boom), serta kekhawatiran lingkungan terkait kerusakan lapisan ozon mulai menghambat proyek ini. Sejumlah organisasi lingkungan seperti Sierra Club dan National Wildlife Federation ikut mengajukan keberatan.

Pada akhirnya, pada tahun 1971, pemerintah AS menghentikan pendanaan untuk proyek ini, dan Boeing tidak pernah berhasil menyelesaikan dua prototipe yang sedang dikembangkan. "Keputusan ini tak terhindarkan, karena tidak ada pasar yang jelas dan biaya pengembangan semakin tak terkendali," kata seorang pejabat pemerintah saat pembatalan diumumkan.

Selain itu, Amerika Serikat juga melarang penerbangan supersonik di atas daratan, yang menjadi pukulan terakhir bagi harapan Boeing 2707 SST. Walaupun pesawat supersonik seperti Concorde berhasil beroperasi hingga 2003, tingginya biaya bahan bakar dan perawatan membuatnya tidak lagi kompetitif secara ekonomi.

Hingga tahun 2024, tidak ada pesawat penumpang supersonik yang beroperasi secara komersial di dunia. Gagalnya Boeing 2707 menjadi pengingat bahwa, meskipun kecepatan supersonik mungkin menguntungkan di atas kertas, tantangan ekonomi dan lingkungan menjadi faktor penentu yang tak bisa diabaikan

Lebih baru Lebih lama